Arsitektur Lokal

Pemandangan Asri.

Arsitektur Lokal

Foto Alam.

Arsitektur Lokal

Pola Desain Rumah Lokal.

Arsitektur Lokal

Gunung dan Alam Sekitar Saling Menyatu.

Arsitektur Lokal

Jalan Setapak.

Rabu, 11 April 2012

BANGUNAN PANGGARINGAN DI DUSUN PLEMBURAN DIENG

Bangunan panggaringan (kompos) adalah bangunan arsitektur vernacular yang ada di dusun plemburan yang masih bertahan hingga saat ini, dibangunnya bangunan tersebut adalah berkaitan dengan kebutuhan akan tempat untuk membakar rajangan tembakau, dikarenakan lingkungan dan kondisi alam tidak memungkinkan untuk menjemur rajangan tembakau dengan sinar matahari. Dalam perkembangannya bangunan tersebut tidak terlalu mengalami banyak perubahan, perubahan yang ada yang diinformasikan dari hasil wawancara dan pengamatan  di lapangan adalah :

·         Bangunan pangaringan yang tadinya menjadi satu dengan rumah tinggal sekarang dibuat terpisah.
·         Bahan penutup atap berkembang dari mbulung, alang-alang dan sekarang ada yang sudah diganti dengan seng.

Adapun perubahan , fungsi dan tata ruang yang ada di bangunan panggaringan hampir dikatakan tidak ada perubahan dari ketika awal permukiman tersebut tumbuh . demikian pula dengan bentuk tempat perletakan tembakau (rigen), serta tempat pembakarannya masih sama dengan yang lama.  Artinya ditengah kemajuan teknologi masyarakat dusun Plemburan masih mempertahan pola pengolahan tembakau warisan nenek moyang, serta tidak ada upaya untuk melakukan pembaharuan terhadap teknologi pengeringan tembakau. Hal ini juga  menginformasikan masih rendahnya perkembangan pengetahuan masyarakat dusun Plemburan terutama berkaitan dengan inovasi –inovasi teknologi baik pertanian maupun hasil olahan pertanian.



Tabel 1
Type Bangunan Panggaringan
No
Gambar Bangunan
Panggaringan
Teknologi bahan dan
konstruksi
Fungsi dan Bentuk Arsitektur
1

Konstruksi bambu
Material dinding katepe
Material Atap
·   Penutup alang-alang
·   Konstruksi atap bambu
Material Pondasi ompak
Bentuk atap pelana, 
Bentuk bangunan tidak mengalami banyak perubahan, material atap yang tadinya mbulung menjadi alang-alang.
( analisa penulis,2009)
Bangunan ini menggunakan material atap alang-alang, dinding katepe, dan konstruksi menggunakan bambu, bentuk bangunan dan fungsi bangunan, dari awal berdirinya dusun Plemburan dengan saat ini hampir tidak ada bedanya. Bangunan ini juga berdampingan dengan kandang kambing. Ketika musim  tembakau sedang istirahat bangunan ini difungsikan untuk gudang. Pada perkembangan selanjutnya bangunan ini, menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang semakin padat penduduknya, sehingga bangunan panggaringan jenis ini banyak dijumpai di sepanjang bukit yang agak jauh dari permukiman. Pemilihan material atap dengan menggunakan alang-alang atau mbulung, disamping murah, terbukti alang-alang lebih mampu bertahan terhadap panas ruang akibat kegiatan pembakaran tembakau. Penggantian material alang-alang dengan seng, walaupun lebih aman terhadap bahaya kebakaran tetapi material seng menjadi cepat berkarat atau keropos.
Penggunaan material seng untuk bangunan panggaringan biasanya diterapkan pada bangunan panggaringan yang berada di tengah-tengah permukiman yang agak padat, seperti yang akan dijelaskan dibawah ini :


No
Gambar Bangunan
Panggaringan
Teknologi bahan dan
konstruksi
Fungsi dan Bentuk Arsitektur
2

Konstruksi bangunan dengan bambu
Material dinding katepe (anyaman bambu)
Material Atap
·   Penutup Seng
·   Konstruksi atap bambu
Material Pondasi umpak
Bentuk atap pelana, fungsi dan bentuk bangunan tidak banyak mengalami perubahan, hanya karena pertimbangan keamanan atap alang-alang di ganti dengan seng.
( analisa penulis,2009)
Bangunan Panggaringan ini, sudah mengalami perubahan pada penggunaan material atap, yang awalnya mbulung, katepe, kemudian digati dengan seng, kelihatannya pertimbangan keamanan dari bahaya kebakaran ,karena bangunan ini berada ditengah-tengah permukiman.
Dari 13 Desa yang di Dataran Tinggi Dieng  yang penduduknya masih tetap bertahan dengan mata pencaharian utama pertanian tembakau, dengan bangunan panggaringannya adalah di Desa Campursari tepatnya hanya di dusun Plemburan, karena 2 tetangga dusun yang ada di Desa Campursari yaitu, dusun Pulosari dan dusun Tempuran hanya 10 % yang masih menanam tembakau.
Perubahan penggunaan material untuk penutup atap bangunan panggaringan bermula dari mbulung, alang-alang, dan sekarang diganti dengan seng adalah, semata-mata aspek keamanan dari bahaya kebakaran, ketika bangunan panggaringan ini berada pada lingkungan permukiman yang cukup padat permukimannya.
Adapun proses pengeringan rajangan tembakau di penggaringan, adalah dengan cara rajangan tembakau ditempatkan pada rigen ( tatakan yang terbuat dari bambu), dengan ukuran 165 cm x 65cm, tiap penggarangan berisi 100 rigen, biasanya terbagi dalam dua ruangan. Pembakaran dilakukan dengan menggunakan kayu/rumput selama kurang lebih 5 jam.











Gambar 1
Denah bangunan Panggaringan

 
 









Ruang tunggu di panggaringan  digunakan unutk menunggu proses pembakaran tembakau, karena waktu yang cukup lama untuk proses tersebut biasanya ruang tunggu tersebut juga digunakan untuk istirahat atau tidur.










Gambar 2
Potongan penampang Panggaringan

 
 























Gambar 3
Tatakan tempat rajangan tembakau yang diletakkan dalam rigen di bakar (ngobong)

 
 









Tembakau hasil pembakaran selama 5 – 6 jam ini yang disebut dengan tembakau  soto garangan” , waktu pembakaran 1 tahun sekali , biasanya memakan waktu sampai 1 bulan, penduduk tidak menjual sendiri soto garangan tersebut keluar daerah, tetapi sudah ada tengkulak yang mendatangi, daerah pemasarannya adalah Pekalongan, dan Serang Banten.  Setelah masa pembakaran selesai selama 11 bulan biasanya penduduk mencari pekerjaan dengan sebagai buruh tani pada dusun sebelah, yaitu Dusun Tempuran, Dusun Ngandam, Dusun Pulosari.

Senin, 02 April 2012

Bunga Rampai Arsitektur Islam Bagian III (KAJIAN ARSITEKTUR ISLAM MASJID AGUNG DEMAK)


KAJIAN ARSITEKTUR ISLAM MASJID AGUNG DEMAK

Oleh :
Heri Hermanto



Arsitektur tradisional  Indonesia adalah  merupakan  karya yang  lahir dari budaya dan sistem nilai setempat, termasuk didalamnya terdapat nilai-nilai Agama Islam, metoda perancangan, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan juga telah teruji oleh waktu dan tempat. Maka hal yang terpenting adalah hasil karya tersebut telah mencerminkan budaya dan identitas dari bangsa kita. Salah satu hasil karya arsitektur tradisional tersebut adalah Masjid Agung Demak.yang diyakini adalah merupakan salah satu contoh bangunan arsitektur Islam.
Produk Arsitektur Islam tradisional di Indonesia khususnya Masjid Agung Demak secara nyata telah mampu mengintegrasikan ajaran Agama Islam dengan budaya setempat ( local genius). atau unsur yang dimiliki oleh lokalitas ataupun budaya setempat sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan tertentu, yang tetap bertahan sepanjang jaman.
Kata kunci : Arsitektur Islam, Masjid, Lokal Genius.

A.     MASJID DEMAK SEBAGAI KARYA ARSITEKTUR ISLAM

Suatu kenyataan yang tak dapat dibantah bahwa Arsitektur tradisional lokal  yang merupakan warisan nenek moyang kita adalah cenderung relegius, relegius disini diartikan sebagai sikap taat terhadap penciptaNya. Maka banyak karya arsitektur tradisional yang berangkat dari ajaran agama , karya tersebut lahir dari budaya dan sistem nilai setempat, metoda perancangan juga telah teruji oleh waktu dan tempat, karenanya kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan kondisi bangsa ini tentu juga telah teruji. Maka hal yang terpenting adalah hasil karya tersebut telah mencerminkan budaya dan identitas dari bangsa kita. Salah satu hasil karya arsitektur tradisional tersebut adalah Masjid Agung Demak.yang diyakini adalah merupakan salah satu contoh bangunan arsitektur Islam.
Kemudian jika kita kaji dari ayat Al Qur’an dan hadist serta berbagai sumber otentik dari prinsip-prinsip nilai-nilai Islam lainnya, maka kita akan mendapatkan sebuah kenyataan bahwa tidak ada batasan yang tegas dan baku tentang perancangan sebuah bangunan atau masjid di dalam Agama Islam. Dari hal tersebut diatas , Islam tidaklah memberi batasan atau difinisi yang tegas mengenai aspek fisik (being reality) dalam pruduk Arsitekturnya, tetapi memberi batasan yang tegas tentang aspek makna ( meaning reality),
Berkaitan dengan hal tersebut dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 108 dinyatakan :

”...............sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Sehingga kalau kita lihat hasil karya arsitektur tradisional Islam yang ada di Indonesia khususnya masjid tradisional seperti Masjid Agung Demak, adalah merupakan sebuah produk pemikiran Islam yang terlahir dari interaksi antara prinsip-prinsip dasar Islam dengan pemikiran masyarakat ketika itu.
Produk Arsitektur Islam tradisional di Indonesia khususnya Masjid secara nyata telah mampu mengintegrasikan ajaran Agama Islam dengan budaya setempat ( local genius). Lokal Genius dapat diartikan sebagai segala unsure yang dimiliki oleh lokalitas ataupun budaya setempat sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan tertentu, penyebutan unsur-unsur setempat dengan istilah genius menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut mempunyai kekuatan atau ketahanan tertentu yang hanya dimiliki olehnya.
Kedudukan local genius didalam mekanisme pengekpresian identitas Arsitektur Islam ini berada pada tempat yang sentral, sebab ia merupakan kekuatan yang mampu bertahan serta menyeleksi unsur-unsur luar yang datang serta mangakomodasikan menjadi kekayaan bagi budaya setempat. Local genius sekaligus berperan dalam memberi warna serta karakter pada wujud ekspresi suatu karya Arsitektur. Quaritch Wales menyatakan bahwa pengaruh penerimaan budaya local terhadap budaya asing dengan less extreme acculturation artinya bahwa  melalui akulturasi tersebut pengaruh budaya yang datang diterima dan diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan perkayaan budaya setempat, keadaan tersebut dapat berlangsung karena adanya local genius yang dimiliki oleh budaya setempat.
Keberadaan Masjid Agung Demak tidak hanya diakui oleh negara Indonesia saja bahkan negara-negara luarpun mengakui keberadaannya. OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengakui keberadaan Masjid Agung Demak sebagai monumen bagi masyarakat muslim yang memiliki arsitektur khas sesuai dengan dinamika zamannya. Masjid Agung Demak memiliki arsitektur khas masyarakat muslim Nusantara, membedakan dengan umumnya bangunan masjid di Jazirah Arabia yang menggunakan kubah. Masjid Agung Demak menggunakan atap bersusun tiga berbentuk segitiga sama kaki, konon setiap bagian mengandung makna yang tersirat dari bentuk-bentuk yang terwujud.
Demikian halnya dengan lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dan bagian yang lain, diharapkan mengingatkan setiap manusia akan adanya rukun Islam yang lima yakni syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Sedang enam jendelanya melambangkan rukum iman yakni percaya kepada Allah SWT, percaya kepada rasul-rasulNya, percaya kepada kitabNya, percaya kepada malaikatNya, percaya akan datangnya kiamat dan qada qadar.
Masjid Agung Demak luas keseluruhannya berukuran 24 x 24 meter persegi, serambi berukuran 31 X 15 meter dengan panjang keliling 35 X 2,35 meter, tatak rambat ukuran 25 X 3 meter dan ruang bedug berukuran 3,5 X 2,5 meter. Keseluruhan bangunan ditopang 128 soko, empat di antaranya soko guru yang menjadi penyangga utama bangunan masjid. Jumlah tiang penyangga masjid 50 buah, sebanyak 28 penyangga serambi dan 34 tiang penyangga tatak rambat, sedang tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk bangunan itu lebih banyak memanfaatkan bahan dari kayu yang banyak ditemukan di sekitarnya.
Hampir seluruh bangunan mulai dari atap (genting), kerangka konstruksi, balok loteng, geladag, soko guru, dan lain–lain terbuat dari kayu jati ukuran besar.
1.                        Seperti pada arsitektur Jawa pada umumnya termasuk masjid-masjid di Jawa atapnya bersusun tiga. Bagian ke tiga atau puncak berbentuk piramidal tersebut disangga oleh empat tiang utama yang terbuat dari kayu jati atau soko guru yang sangat besar.









B.     RAGAM HIAS MASJID AGUNG DEMAK

Disamping Bentuk dan struktur  bangunan yang secara maksimal telah memanfaatlan lokal genius yang ada,  Masjid Agung Demak dalam hal  ornamen interior di bagian dalam ruang utama memanfaatkan kayu. Seni ukir yang berkembang ketika itu menjadi bagian dari masyarakatnya sehingga masjid memanfaatkan berbagai karya ukir yang khas untuk menambah keindahan masjid dengan interiornya. Tanpa mengurangi hakikat yang melekat dengan keberadaan masjid, seni ukir menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim sebagaimana kaligrafi yang memanfaatkan huruf-huruf indah sebagai cabang ilmu yang berkembang di seluruh dunia Islam. Ornamen Masjid cukup banyak, berupa keramik dengan lukisan flora dan fauna, kebanyakan berupa burung, bunga, daun dan dahan. Dapat dipastikan ini adalah pengaruh Cina, mengingat dalam sejarahnya tidak sedikit pendatang dari Cina bermukim di Demak, termasuk Cek Ko-Po yang adiknya atau anaknya menjadi salah seorang pendiri kerajaan Demak, yaitu Sultan Trenggana.
Masjid Demak terletak dalam tata ruang yang tidak terlalu berbeda dengan masjid Tuban dan Banten. Kabupaten letaknya agak berbeda dengan di Banten, berada di utara-agak ke barat sedikit, namun tetap dalam posisi segitiga dengan masjid dan alun-alun, diperjelas dengan sumbu jalan. Alun-alun selain berfungsi menyatu dengan masjid sebagai halaman, juga berfungsi sosial, budaya dan religi (Syncretism) Islam. Antara lain alun-alun digunakan untuk upacara grebeg, adat, pesta rakyat dan pemerintah yang dikaitkan dengan tradisi setiap Syawal dan Idul Adha. Di sekeliling masjid terdapat Kauman, permukiman orang-orang muslim menjadi elemen ke empat, pasar dan pecinan di utara menjadi elemen ke enam dan ke tujuh. Di selatan alun-alun saat ini ada lingkungan diberi nama Kampung Sitinggil. Nama ini kemungkinan diambil dari nama bagian dari keraton yang sudah ada sejak jaman Majapahit, hingga jaman Islam, tempat di mana raja atau sultan duduk berdialog dengan rakyat.

·         Mihrab
Gambar ini memperlihatkan mihrab atau tempat pengimaman, dimana di dalamnya trerdapat hiasan seperti gambar bulus merupakan prasasti yang diartikan sebagai Condro Sengkolo maksudnya Sariro Sunyi Kiblating Gusti, ada yang menginterpretasikan, kepalanya

menunjukkan angka 1, kakinya 4, badan 0 dan ekor 1, lambang dari tahun didirikannya tahun Saka 1401 atau 1479 Masehi. Jadi, selain memperindah ruang an juga memberi makna kapan masjid agung didirikan. Hiasan ini termasuk menonjol dibanding ragam hiasan yang lain, dan mempunyai daya tarik tersendiri Hiasan berupa bulus ini berunsurkan budaya Jawa, sebab dalam Bahasa Jawa kata bulus dapat diartikan secara “jarwa dasa” yakni “mlebu alus”, yang dimaksud bahwa setiap orang yang masuk ke dalam masjid hendaknya berjiwa halus, melepaskan kesombongan, dan membuang jauh-jauh sifat-sifat keras atau kasar.
Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk kotbah, konon benda arkeologi itu disebut Damper Kencono warisan dari Majapahit. Pada dinding tembok Mihrab juga terdapat ornament Illahiyah, Keramik Annam dari Campa, Logo Surya Majapahit.

·         Maksurah
Bangunan kayu berukir dinamakan Maksurah atau Kholawat yaitu tempat untuk Mujahadah Adipati jaman dulu. Artefak bangunan berukir peninggalan masa lalu ini memiliki nilai dan bangunan estetika yang unik dan indah, sehingga relatif mendoinasi keindahan di ruang dalam masjid. Maksurah ini dipergunakan penguasa dakam menunaikan sholat dan Munajat untuk memperoleh barokah, rahmat dan hidayah Allah SWT. Dilluar maupun di dalam artefak terdapat tulisan berukir dengan bahasa dan huruf Arab yang intinya memuliakan Keesaaan Tuhan. Prasasti di dalam aqsuro menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M yang saat itu Adipati Demak dijabat K.R.M.A. Aryo Prubaningrat.





·         Dampar Kencana



Sebelah kiri adalah gambar Dampar Kencana, sedangkan sebelah kanan adalah tempat (wadah) untuk meletakkan Dampar tersebut. Dampar Kencana ini adalah benda Arkeologi peninggalan Majapahit abad ke 15.  konon ini hadiah untuk Raden Pattah – Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke 5 / Raden Kertabumi. Dalam rangka perluasan dan renovasi masjid Demak, atas saran R. Fatahillah kepada Sultan Demak ke 3 R. Trenggono, maka pendopo dan Dampar Kencana dari Majapahit dialih funngsikan menjadi serambi Masjid dan menjadi Mimbar Khotbah di Masjid Agung Demak sampai saat ini.            

·         Soko Guru
Yang tampak pada gambar adalah empat Soko Guru atau tiang utama konstruksi penyangga kerangka dan atap Masjid, empat tiang utama menggambarkan, betapa para Wali menerima ajaran agama Islam yang bersumber dari ajaran Syafi’iah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah), sebagai implementasi dari iman, Islam dan ikhsan. Fomasi tata letak 4 Soko Guru : yang ada di barat laut didirikan oleh Sunan Bonang-Tuban, yang di barat daya dari Sunan Gunung Jati-Cirebon, di bagian tenggara oleh Sunan Ampel-Surabaya, yang berdiri di timur laut oleh Sunan Kalijaga-Kadilangu Demak (masyarakat menamakan soko ini dengan nama Soko Tatal).


·          Soko Majapahit
Delapan buah soko guru serambi Masjid Agung Demak ini adalah benda purbakala asal kerajaan Majapahit, konon hadiah dari Prabu Brawijaya V R. Kertabumi, ayahanda R. Jimbun, R. Hasan, R. Patah sebagai Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro, Demak 1475.

·         Pawestren
Bangunan yang khusus dibuat untuk sholat jamaah wanita ini dinamakan Pawestren, jumlah tiang penyangga 8 buah dimana 4 batang tiang utama ditopang belandar balok susun tiga yang diukir motif Majapahit. Luas lantai yang bermanfaat untuk sholat membujur kiblat berukuran 15 x 7,30 m. bila dilihat dari bentuk motif pada Maksurah tahun 1866 M Pawestren mungkin dibuat pada jamannya K. R. M. A. Arya Purbaningrat.

·         Pintu Bledeg
Pintu Bledeg (petir) ini ciptaan Ki Ageng Selo pada jaman Wali, konon beliau yang memiliki kesaktian itu dapat menangkap petir, kemudian daun pintu yang terletak di tengah Masjid itu orang menamakan “Pintu Bledeg”. Sesungguhnya “Prasasti” ini merupakan Condro Sengkolo yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H yang diprediksi sebagai tanda perletakan batu pertama pembangunan Masjid.




·         Surya Majapahit
Gambar hiasan segi 8 ini sangat populer pada masa Kerajaan Majapahit, sehingga para ahli purbakala menafsirkan sebagai lambang Kerajaan Majapahit yang dinamakan Surya Majapahit, pada Masjid Agung Demak terdapat beberapa hiasan Surya Majapahit. Makam Jumadil Kubro ( Guru besar para wali ) di Troloyo terdapat tulisan Jawa Kuno angka tahun 1376 – 1611 M, terletak didalam situs Trowulan bekas Kerajaan Majapahit di Mojokerto Jatim. Batu Nisannya juga terdapat hiasan Surya Majapahit, bahkan disertai tulisan Arab yang memuat surat Ali Imron ayat 18 dan 185 serta kalimah Syahadat. Inti tulisan tersebut adalah mangakui keesaan Allah SWT yang bersifat kekal. Hal itu mengidentifikasikan telah ada penduduk atau bangsawan beragama Islam hidup berdampingan dengan pemeluk agama lainnya yaitu Hindu – Budha pada zaman nenek moyang kita.

·         Bedhug dan Kenthongan
Bedhug dan Kenthongan, dua benda ini merupakan pasangan yang serasi. Kedua benda ini merupakan hasil ciptaan Sunan Kalijaga, yang digunakan untuk memberi tahu yang belum mengetahui arti panggilan adzan.
Makna filosofis yang terkandung dari suara bedhug dan suara kenthongan adalah dheng … dheng … dheng …, berarti sedheng artinya masih cukup untuk menampung jamaah yang akan sholat. Sedangkan suara kenthongan thong … thong … thong … mengandung maksud bahwa mushola/masjid masih kothong (kosong atau belum berisi), dilanjutkan dengan adzan yang memerintah agar Umat Islam segera melakukan sholat berjamaah. Kedua alat ini merupakan alat yang tidak asing bagi masyarakat.
Ditinjau dari seni budaya alat itu disamping sebagai alat panggilan sholat, juga berfungsi sebagai seni atau alat komunikasi secara tradisional, bahkan sampai saat ini kedua alat itu masih digunakan sebagai pelengkap pada masjid-masjid. Bedhug dan kenthongan yang asli buatan Sunan Kalijaga masih terawat baik di Museum Masjid Agung Demak.



C.     KESIMPULAN

1.      Produk Arsitektur Islam tradisional di Indonesia khususnya Masjid Agung Demak secara nyata telah mampu mengintegrasikan ajaran Agama Islam dengan budaya setempat ( local genius).
Masjid Agung Demak, adalah merupakan sebuah produk pemikiran Islam yang terlahir dari interaksi antara prinsip-prinsip dasar Islam dengan pemikiran masyarakat ketika itu

Rabu, 28 Maret 2012

Bunga Rampai Arsitektur Islam Bagian II (REKAYASA LANSEKAP DALAM SUATU PROYEK BANGUNAN)


REKAYASA LANSEKAP DALAM
SUATU PROYEK BANGUNAN

Oleh :
Hermawan



A.     PENDAHULUAN


Rekayasa menurut orang awam merupakan kata-kata yang bernuansa negatif. Orang-orang kebanyakan mengartikan rekayasa dengan kata manipulasi. Banyak orang berpendapat bahwa apabila suatu hal yang direkayasa akan menghasilkan hasil yang merugikan kepentingan umum. Seperti contohnya merekayasa laporan keuangan dapat diartikan mencari celah-celah dalam laporan tadi sehingga dapat diambil keuntungan tanpa menimbulkan kecurigaan. Padahal tidak demikian halnya. Terutama di dunia teknik, rekayasa merupakan cara pengolahan atau pembuatan suatu hal agar didapat hasil yang maksimal. Memang kata rekayasa sebelumnya jarang digunakan dalam bahasa teknik. Sekarang ini rekayasa digunakan untuk menggantikan kata engineering dalam bahasa Inggris. Sehingga segala hal yang menyangkut pengolahan dalam bidang teknik dapat digantikan dengan kata rekayasa.
Pembahasan rekayasa tidak bisa terlepas dari teknologi. Seperti yang telah diketahui dewasa ini telah diarahkan adanya suatu era bebas dimana tidak ada lagi batas-batas yang melingkupi suatu daerah atau negara sehingga negara yang satu dapat masuk ke negara lainnya tanpa adanya aturan-aturan yang mengikat. Dengan adanya era bebas atau yang lebih dikenal dengan era globalisasi ini, maka teknologi semakin diperlukan untuk menguasai atau paling tidak untuk bertahan di era globalisasi ini. Suatu daerah atau negara yang berteknologi rendah atau bahkan tidak berteknologi sama sekali akan mudah dikuasai daerah atau negara lain. Untuk itu diperlukan suatu rekayasa teknologi sehingga dapat dihasilkan teknologi yang benar-benar berkualitas dan memberikan dampak positif.
Akan tetapi perlu diingat juga rekayasa teknologi yang melampaui batas akan mengakibatkan dampak negatif. Tidak sedikit rekayasa teknologi yang mengakibatkan dampak negatif seperti contohnya adanya rekayasa lingkungan yang hanya memikirkan keuntungan sesaat saja tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi beberapa tahun kemudian. Hal ini sudah terjadi di beberapa kota besar seperti Semarang (Bukit Regency), yang melakukan pembangunan rumah mewah di kawasan peresapan air hujan sehingga mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor.
Di sinilah peran seorang Muslim diperlukan untuk merekayasa bumi dan seisinya tanpa membuat kerusakan sesuai dengan amanat Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 74 yang menyebutkan “Dan ingatlah tatkala Tuhan menjadikan kamu di bumi sebagai khalifah (pengganti) sesudah kaum ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi; kamu jadikan di tanah-tanah datarnya mahligai-mahligai dan kamu memahat gungung-gunung sebagai rumah-rumah. Maka ingatlah akan anugrah Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.

B.     PENGERTIAN REKAYASA


Seperti yang telah diungkapkan di atas, bahwa terdapat suatu pandangan yang mengatakan apabila menyebut teknologi maka di dalamnya sudah meliputi pengertian kerekayasaan. Melihat hal tersebut sedikitnya ada 4 pandangan tentang teknologi yaitu (1) teknologi sebagai objek, yang menyamakan teknologi dengan benda-benda tertentu seperti mesin-mesin, alat-alat elektronika, atau produksi lain yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat luas. (2) teknologi sebagai pengetahuan, teknologi tidak dipahami dan diartikan sebagai objek belaka, tetapi sebagai sikap menyeluruh terhadap dunia. Sikap ini termanifestasi ke dalam teknologi secara prakis dan teoritis dalam ilmu pengetahuan. (3) teknologi sebagai proses atau kegiatan yang dicirikan oleh tujuan efisiensi rasional. (4) teknologi sebagai kehendak dimana status metafisik teknologi terletak pada pelaksanaan kehendak manusia yang nyaris tak terbatas.
Menurut Daniel Callahan ada 5 tipe teknologi yang dimaksudkan untuk melihat dampak berbagai teknologi atas kehidupan kita yaitu satu, teknologi konservasi yaitu tekonologi yang membantu manusia menyesuaikan diri dengan alam dan bertahan hidup dengan aneka macam lingkungan. Contohnya adalah teknologi sistem irigasi, teleskop. Dua, teknologi perbaikan yaitu teknologi yang membantu memenuhi kebutuhan dan melampaui batas kemampuan alamiah manusia sehingga dapat meningkatkan segi-segi fisik manusia. Contohnya rekayasa genetika, prostetika. Tiga, teknologi implikasi yaitu teknologi yang bertujuan membantu dalam implementasi teknologi-teknologi lain atau sebagai peningkat kemampuan. Contohnya komputer. Empat, teknologi destruktif adalah teknologi yang dirancang dengan maksud utama penghancuran. Contohnya system persenjataan. Lima, teknologi kompensatoris yaitu teknologi yang membantu manusia menangani efek-efek teknologi atas kehidupan. Dari sini terlihat bahwa pengertian rekayasa tidak terlepas dari teknologi itu sendiri.
Sebenarnya semua kegiatan manusia setiap harinya pasti tidak terlepas dari rekayasa. Rekayasa yang sering dilakukan dan banyak menimbulkan dampak negatif adalah rekayasa lingkungan. Seringkali banyak orang berpendapat bahwa rekayasa lingkungan pasti akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Padahal tidak demikian yang akan terjadi apabila rekayasa lingkungan dipikirkan dan direncanakan secara matang sampai beberapa tahun ke depan. Selain perencanaan yang matang juga dibutuhkan suatu perencana yang memiliki moralitas yang baik. Tanpa moralitas, perencanaan akan dipengaruhi oleh keuntungan duniawi semata, sehingga tidak dipikirkan lagi dampak negatif yang akan timbul. Rekayasa lingkungan dapat mengakibatkan dampak negatif dikarenakan adanya perubahan keseimbangan lingkungan hidup seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengna Rencana Umum Tata Ruang sehingga mengakibatkan perubahan fungsi daerah penyangga resapan air, pembabatan dan penggundulan hutan yang tidak terkontrol serta penjarahan hutan yang mengakibatkan perluasan lahan kritis dan rentan terhadap bahaya banjir, munculnya pemukiman, industri serta tambak di daerah pantai yang menyebabkan peningkatan abrasi pantai dan meluasnya daerah pasang/rob.
Rekayasa lingkungan yang memberikan dampak positif juga banyak seperti pembuatan taman kota untuk mereduksi pencemaran udara yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik, pembuatan cagar alam untuk meningkatkan hewan, pembuatan waduk atau bendungan yang mempunyai banyak fungsi dll. Lingkungan diolah (direkayasa) agar dapat bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Manusia mengolah lingkungan agar dapat bermanfaat dijadikan suatu ruang baik ruang dalam maupun ruang luar. Ruang dalam biasa dikenal dengan bangunan berfungsi sebagai tempat tinggal manusia. Sedangkan ruang luar dikenal dengan sebutan lansekap berfungsi sebagai penghubung antara manusia dengan ruang dalam.

C.     PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP


Setiap bangsa di dunia mempunyai proses pembangunannya sendiri. Tetapi pembangunan nasional jelas merupakan suatu proses untuk meningkatkan kehidupan manusia dari semua dimensinya. Keberhasilan proses pembangunan nasional harus dianggap sebagai keberhasilan mayoritas rakyat (jika tidak semua) dilihat dari peningkatan kualitas hidup secara signifikan, semua dimensi kemanusiaan, secara individual dan masyarakat. Salah satu yang paling penting dari manusia adalah lingkungan hidup oleh karena itu lingkungan hidup harus diberi status yang jelas dalam proses pembangunan nasional.
Lingkungan hidup biasanya didefinisikan sebagai sesuatu di luar sistem diri manusia. Lingkungan hidup merupakan medium tempat seseorang hidup. Lingkungan hidup yang baik merupakan medium yang sesuai untuk mendukung kehidupan orang dengan baik dalam jangka panjang. Lingkungan hidup diperlukan orang sebagai medium untuk hidup dan sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Orang hanya dapat hidup dengan baik jika tempat di mana mereka tinggal merupakan ruangan yang sesuai dan lingkungan hidup memberikan dukungan untuk memperoleh kebutuhan dasar mereka.
Lingkungan hidup mencakup hampir segala sesuatu di luar kehidupan individu, meliputi dimensi fisik, kimia, biologi dan sosial. Dalam ilmu ekologi, lingkungan hidup biasa disebut atmosfir, hidrosfir, litosfir, biosfir dan sosiosfir. Lingkungan hidup jelas lebih luas dari tanah, hutan, air dan udara. Lingkungan hidup jauh lebih besar dari sumber-sumber daya alam. Karena itu lingkungan hidup sangat menentukan kehidupan manusia dan mengelolanya untuk mendukung kehidupan yang sehatperlu ditetapkan sebagai salah satu tujuan utama dari setiap rencana pembangunan nasional. Lingkungan hidup yang sehat dari setiap bangsa harus digunakan sebagai salah salah satu indeks pembangunan nasional untuk mengukur keberhasilan proses pembangunan tersebut. Permasalahannya adalah seberapa jauh perencanaan pembangunan nasional memasukkan lingkungan hidup sebagai salah satu indeks keberhasilan. Sampai sekarang masalah ini masih sering diabaikan.
Alih-alih, lingkungan hidup lebih dianggap sebagai sumber daya alam untuk dieksploitasi bagi pembangunan. Lingkungan hidup dieksploitasi demi pertumbuhan ekonomi. Padahal, kebanyakan kegiatan ekonomi tidak pernah efisien karena entropi sehingga kebanyakan kegiatan ekonomi yang memasukkan transformasi bahan akan selalu menghasilkan limbah dan menimbulkan polusi. Tingkat efisiensi dalam transformasi energi dengan kegiatan-kegiatan ekonomi kadang-kadang mencapai tingkat yang sangat rendah, 10 %. Sedangkan energi yagn 90 % dalam bahan baku akan ditransformasikan menjadi limbah dalam bentuk cairan, benda padat, gas atau panas dan mencemari lingkungan hidup.

D.     PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP


Terdapat indikasi yang kuat bahwa negara-negara maju cenderung mengangkut limbah ke negara-negara berkembang melalui dua cara yaitu mengekspor industri berbahaya (industri yang menimbulkan polusi) ke negara-negara yang sedang berkembang, atau secara mencolok mengirim limbah industri untuk dibuang di negara sedang berkembang. Perilaku ini jelas merupakan bentuk egoisme dan ketidakadilan yang menimbulkan penderitaan dunia ketiga. Eksploitasi lingkungan hidup mempengaruhi sumber daya alam (polusi sumber daya alami). Kecenderungan negatif tersebut hanya dapat dikendalikan jika lingkungan hidup ditetapkan sebagai indikator utama proses pembangunan nasional dan kualitasnya diukur dalam dimensi waktu dengan membuat neraca lingkungan hidup nasional. Bidang pengelolaan lingkungan ini di tingkat nasional merupakan tanggung jawab dari semua orang terutama mereka yang menjadi policy maker.
Teori pembangunan nasional yang telah diusulkan terutama oleh pemikir sekular telah mengalami perubahan secara tidak beraturan. Pada dekade 1960-an indikator keberhasilan pembangunan nasional mencoba beralih ke strategi kebutuhan dasar yang terfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, tetapi strategi ini pun gagal karena kebanyakan rakyat belum terpenuhi haknya dan lingkungan hidup lebih tercemar. Slogannya adalah keadilan ekonomi, tetapi temuan-temuannya berbeda. Pada dekade 1970-an konsep ini dipertimbangkan kembali dan ditolak karena orang tidak hanya memerlukan terpenuhinya kebutuhan dasar saja. Indeks pembangunan lalu diperluas menjadi apa yang disebut PQLI (Physical Quality Life Index) atau indeks kualitas kehidupan secara fisik yang meliputi pendidikan dan kesehatan tetapi kebanyakan orang sekali lagi masih tidak berpendidikan dan tidak sehat dan bahkan kerusakan lingkungan lebih tersebar luas. Pada dekade 1980-an konsep ini ditinjau lagi.
Kualitas lingkungan hidup mulai mendapat perhatian yang besar. Pendekatan baru dengan baik sekali diberi nama eco development (pembangunan berwawasan lingkungan) atau pembangunan berkelanjutan. Tetapi konsep ini masih kabur, terutama pada skala dan prioritas variabel lingkungan hidup dalam proses pembangunan. Ahli-ahli seringkali mengatakan sebenarnya pembangunan berkelanjutan itu untuk siapa? Sampai saat ini pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan hidup, patologi sosial dan kejahatan semakin meningkat di banyak negara termasuk di negara-negara sedang berkembang. Status lingkungan hidup masih dalam posisi tidak benar. Ada sesuatu yang salah dalam cara manusia mengelola dunia kita.
Kita memerlukan dasar-dasar rasional untuk mendefinisikan status lingkungan hidup dalam proses pembangunan nasional kita. Pendekatan filosofis pada akhirnya diperlukan untuk menjawab permasalahan ini. Cara berpikir dalam banyak perencanaan pembangunan biasanya didasarkan atas kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi. Filosofi materialisme cukup dominan dalam kebanyakan proses pembangunan. Orang diarahkan secara sistematis dan intensif agar secara ekonomi produktif dan untuk menikmati kepuasan, orang diarahkan bagaimana menjadi lebih produktif dan konsumtif secara ekonomi, dengan mengabaikan dimensi non ekonomi manusia seperti kualitas lingkungan hidup, solidaritas sosial, perilaku moral dan kepatuhan pada prinsip-prinsip agama.
Materialisme mengajak orang agar sangat sadar akan arti materi dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Pembangunan lalu terfokus pada tingkat pertumbuhan ekonomi pada tingkat makro tetapi sayang berakhir dengan kesenjangan ekonomi yang serius dalam anggota masyarakat. Teori tricle down effect dari teori ekonomi makro hanya merupakan utopia karena orang telah kehilangan dimensi non ekonomi kemanusiaannya, kurang punya perhatian untuk melestarikan lingkungan hidup dan solidaritas sosial, menjadi lebih agresif dalam mengumpulkan materi yang kesemuanya mengarah kepada penurunan atau kerusakan lingkungan hidup dan kewajiban moral. Kualitas manusia dan sumber daya alam menurun dengan cepat.

E.     PENGERTIAN LANSEKAP


Ada beberapa pengertian tentang lansekap yang diberikan beberapa cendekiawan di bidang ini diantaranya :
1.      Normat T. Newton (1971) menuliskan bahwa lansekap adalah permukaan bumi dengan ruang-ruang serta segala sesuatu yang ada di atas bumi.
2.      Garret Eckbo mengatakan bahwa lansekap adalah bagian dari suatu kawasan atau lahan yang dirancang untuk tempat tinggal manusia di luar bangunan, jalan, utilitas sampai ke alam bebas.
3.      Hubbart dan Theodora Kinball menyebutkan pengertian lansekap adalah lingkungan di sekitar manusia yang diolah agar didapat kenyamanan, kemudahan dan kesehatan.
Fungsi suatu lansekap adalah lebih kepada perencanaan langsung dari outdoor space (ruang luar) dimana lansekap ini merupakan penghubung antara manusia dengan alam. Masalah yang mendominasi lansekap adalah masalah lingkungan hidup manusia dimana lingkungan tersebut diolah (direkayasa) sehingga dapat tercapai suatu lingkungan yang sempurna dalam hal kenyamanan, kemudahan maupun kesehatan.
Merekayasa suatu lansekap hampir sama dengan merekayasa (merencanakan) suatu bangunan. Merencanakan suatu lansekap adalah merencanakan suatu ruang agar manusia senang dan nyaman tinggal di dalam ruang tersebut. Hubungan antara manusi dan lingkugannya mempunyai pengaruh timbal balik. Lingkungan yang baik akan membina sikap mental dan budi daya manusia, sebaliknya manusia yang berbudi daya akan selalu berusaha menjaga dan memperbaiki lingkungannya agar lebih bermanfaat bagi kehidupannya.
Suatu ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia, oleh karena itu titik tolak dari suatu perencanaan ruang harus selalu didasarkan dari manusia. Hubungan manusia dengan ruang lingkungan dapat dibagi 2 yaitu hubungan dimensional (antropometrics) dan hubungan psikologi dan emosional (proxemics). Hubungan dimensional menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh manusia dan pergerakannya untuk kegiatan manusia. Hubungan psikologi dan emosional menyangkut ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk kegiatan manusia.
Pengertian lansekap disini tidak berbeda jauh dengan lingkungan. Akan tetapi ada sedikit perbedaan antara pengertian lansekap dan pengertian lingkungan. Lansekap mengandung pengertian yang lebih menjurus pada tata ruang yang dilakukan sedangkan lingkungan cenderung menjurus ke kawasan yang tidak terurus (tidak tertata). Dilihat dari perbedaannya dengan lingkungan, lansekap berarti suatu ruang luar dimana ruang luar tersebut cenderung untuk ditata sehingga menghasilkan suatu bentuk maksimal.

F.      JENIS DAN ELEMEN LANSEKAP


Ada beberapa jenis Lansekap atau ruang luar dilihat dari prosesnya yaitu ruang mati, ruang terbuka, ruang positif. Ruang mati adalah ruang yang terbentuk dengan tidak direncanakan, tidak terlingkup dan tidak dapat digunakan dengan baik (ruang yang terbentuk tidak dengan disengaja atau ruang yang tersisa). Contoh ruang mati yaitu ruang di antara 2 bangunan. Ruang terbuka adalah suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari masyarakat baik secara individu atau secara berkelompok. Contoh ruang terbuka yaitu jalan, pedestrian, taman, plaza, lapangan terbang, lapangan olah raga. Ruang terbuka ini mempunyai andil besar terhadap lingkungan hidup diantaranya ruang terbuka sebagai sumber produksi seperti hutan, perkebunan, pertanian, sedangkan ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia seperti cagar alam, kehidupan laut, dan ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan seperti taman lingkungan, taman kota, tempat rekreasi. Ruang positif adlah ruang yang diolah dimana di dalamnya terkandung kepentingan atau kehendak manusia.
Elemen lansekap dibagi dalam 2 bagian yaitu hard material (elemen keras) seperti perkerasan/jalur sirkulasi dan soft material (elemen lunak) seperti tanaman. Materi tananam merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan lansekap. Tanaman selalu berubah keadaannya. Variasi ini dapat dilihat dari bentuk, teksture, warna dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman tersebut adalah makhluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi juga oleh factor alam dan tempat tumbuhnya. Hal ini mengakibatkan penggunaan tanaman menjadi bervariasi.
Tanaman tidak hanya mengandung atau mempunyai nilai estetis saja, tetapi juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan. Adapun fungsi tanaman adalah satu visual control atau kontrol pandangan yaitu menahan silau yang ditimulkan matahari, lampu dan pantulannya. Dua, physical barriers/pembatas fisik adalah pengendali pergerakan manusia dan binatang. Tiga, climate control/pengendali iklim yaitu sebagai kontrol radiasi matahari dan suhu, pengendali angin, pengendali suara, sebagai filter/penyaring debu. Empat, erosion control/pencegah erosi yaitu sebagai penahan air hujan sehingga tidak langsung jatuh ke tanah. Lima, Wildlife Habitats/Habitat binatang yaitu sebagai sumber makanan dan tempat perlindungan hewan. Enam, Aesthetic Values/Nilai estetis yaitu sebagai nilai keindahan dan menambah kualitas lingkunan.

G.    REKAYASA LANSEKAP DITINJAU DARI PERSPEKTIF ISLAM


Agama secara umum seringkali didefinisikan sebagai perangkat aturan yang memberikan pedoman hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungannya. Tetapi batasan tersebut sangat terkesan tekstual dan doktriner, sehingga keterlibatan manusia sebagai subjek tidak nampak di dalamnya. Maka agama lebih lanjut seharusnya diartikan sebagai suatu system keyakinan yang dianut, dan berupa tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasikan serta dalam rangka memberikan tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai gaib dan suci.
Agama sebagai sistem keyakinan akhirnya dapat menjadi bagian dari system nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, menjadi pendorong sekaligus pengendali bagi tindakan-tindakan anggota masyarakat tersebut agar tetap sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebudayaannya. Konsep Islam meliputi dimensi esensi yang berupa keimanan, dimensi bentuk yang berupa ritual wajib, dimensi ekspresi yang berupa tata hubungan antar manusia dan antar makhluk. Ketiganya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan muslim dan membangun konsep moralitasnya. Kodrat manusia merupakan kriteria utama dari konsep moralitas yang hendak dibangun. Manusia menurut Islam adalah wakil Allah di muka bumi untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan dalam rangka ibadat.
Peran manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, justru mengantarkan kedudukan istimewa ini kepada tuntutan beban tanggung jawab manusia atas seluruh keputusan tindakan-tindakannya. Karena dituntut beban tanggung jawab itulah, manusia dianjurkan dalam Al-Qur’an agar dalam menentukan sikap, pilihan dan keputusan tindakan didasarkan atas kesadaran penuh. Seperti dikatakan dalam Al-Qur’an surat Al Israa ayat 35 yang artinya “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”.
Dalam memelihara dan mengembangkan kehidupan, terkadang manusia melampaui batas kewajaran dalam mengeksploitasi sumber daya yang ada di bumi ini. Rekayasa merupakan upaya manusia untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan di bumi ini. Rekayasa pada dasarnya berkembang dari perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dengan ilmu non-agama. Sebab ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan jalan untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri.
Rekayasa lansekap merupakan rekayasa yang mempunyai kecenderungan merusak lingkungan apabila pelaksanaannya tanpa rencana yang matang. Dalam Al-Qur’an juga disebutkan mengenai perlunya suatu perencanaan dalam melakukan segala sesuatu. Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 periode dan menciptakan manusia juga ada beberapa proses yang harus dilalui. Penciptaan langit dan bumi terdapat dalam Surat Huud ayat 7 yang artinya “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam periode dan adalah singgasana-Nya di atas air”.
Sedangkan penciptaan manusia diterangkan dalam Surat Al-Mu’minuun ayat 12-14 yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sesuatu saripati tanah. Kemudian kami menjadikannya nuthfah yang disimpan dalam tempat yang kokoh. Kemudian kami menjadikannya segumpal darah, dan segumpal darah itu Kami jadikan suatu jaringan, kemudian Kami menjadikannya tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami menjadikannya ciptaan yang lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.
Menurut perspektif Islam dalam melakukan suatu rekayasa lansekap haruslah bermakna ibadah. Perlu adanya suatu pemahaman yang lebih mengenai apa arti dan tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan rekayasa lansekap. Dari sini dapat diketahui perlunya suatu ilmu pengetahuan agara dapat melakukan rekayasa dengan hasil yang maksimal dan tidak berdampak negatif. Dalam konsep Islam juga dianjurkan mengenai perlunya mencari dan meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dalam memelihara dan mengembangkan kehidupan di bumi didapat hasil yang baik (diridhoi Allah) dan tidak menimbulkan kemudharatan. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari Ilmu, maka Allah memudahkan jalannya ke Surga”. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama yang sangat menganjurkan peningkatan Ilmu Pengetahuan asal penggunaannya sesuai dengan kaidah-kaidah agama dan untuk kepentingan kemaslahatan orang banyak.
Dalam melakukan rekayasa lansekap perlu pemahaman tanggung jawab yang besar sesuai dengan hati nurani dalam rangka mendukung ditegakkannya norma moral yang benar. Dengan kata lain, moral merupakan syarat mutlak, justru kalau manusia tidak mau kehilangan harkat dan martabat kemanusiaannya. Moral akan mengantarkan manusia menuju cara memecahkan masalah hidupnya. Mengapa manusia tidak cukup hidup hanya mengandalkan nalurinya semata-mata? Manusia sebagai makhluk yang penuh dengan paradoks, dimana ia bersifat jasmani sekaligus ruhani, indivudual serta solitair sekaligus sosial serta solider, dan hidup sekaligus mati. Maka moralah yang memberikan jawaban bagaimana realitas keparadoksalan manusia sesungguhnya tidak bersifat konflik melainkan saling melengkapi. Morallah yang mengantarkan bahwa ruhani manusia seharusnya mengatasi jasmani, keterbukaan mengatasi ketertutupan, dan sudah menjadi “tugas” manusia harus mentransendensikan hidupnya secara spiritual.

H.    PENUTUP


Agama bukan merupakan pengekang manusia, akan tetapi sebagai aturan-aturan yang harus ditegakkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan tidak menimbulkan dampak negatif. Dalam ajaran Islam dikenal banyak konsep tentang kehidupan dan cara menjalankannya dengan mengolah sumber daya bumi dan seisinya tanpa merusaknya. Sebagai seorang muslim mempunyai kewajiban untuk menjalankan perannya sebagai khalifah Allah di bumi.
Berhubungan dengan rekayasa lansekap peran manusia sebagai khalifah mempunyai arti yang penting dalam merekayasa bumi dengan sebaik-baiknya. Dilihat dari perspektif Islam, setiap muslim wajib melakukan rekayasa lansekap dengan melihat dasar-dasar Al-Qur’an dan Hadist sehingga hasil rekayasa tidak akan merusak bumi.